Monday, June 18, 2012

My Supermans!

My supermans!


Suddenly, I miss them a lot. Pria-pria di atas yang selalu nemenin saya dari jaman saya kecil. Main tak umpet, main abc lima dasar, tempat curhat siang malem. We're known for being geng komplek, :p. 

Being protected, being the youngest sometime makes me happy yet a bit sad. Happy that I know I have five man as my guardian, yet sad that I know we couldn't just like back then. They had grown up being a man. Actually there was two other, but i can't find their photos. Those five boys (ang heri, wahyu, ebi, ana, ang ye), four of them already being a married man, with three of them already had a son. Only me and the peanuts left (peanuts, a nickname given for Wahyu). I'm the youngest, and he still pursue his dreams. But we both happy for the other. Play together, grow up together. It really become my precious thing in my life. 

So here I am, praying for all of you where ever you are, what ever you were being right now. Let this universe played it's role, and hope we can meet someday with all of our child :)





Bekasi, June 18, 2012.

Monday, April 9, 2012

Ini Bukan Perjalanan Memori

Aku putuskan ini akan menjadi sebuah perjalanan memori. Kembali sejenak ke kota yang penuh kenyamanan, sebelum aku menghadapi fase hidup selanjutnya.

Ada setumpuk harapan terselip. Berharap setiap oksigen yang ku hirup sama segarnya. Berharap setiap terik matahari yang membakar sama perihnya. Berharap setiap langkah sama ringannya.

Keretaku sampai pukul lima. Langkah kaki ini aku derapkan kembali di Jogjakarta.

Embun selepas solat subuh memang sama dingin. Tetapi, ada segelintir kealfaan menghadang perlahan.

Perasaanku tidak seantusias dulu. Kamu tahu kenapa? Karena bukan kamu yang menungguku manis di gerbang Stasiun Tugu.

Lampu-lampu jalan masih sama indahnya. Kosongnya jalanan juga masih sama damainya. Jogjaku masih indah, tetapi Mengapa tidak meriah.


●●●



Sudah siang hari , dan nyatanya aku malah malas pergi karena teriknya matahari. Lalu buat apa aku kemari?

Aku seperti Mbah Surip. Bangun tidur, tidur lagi. Bangun lagi, tidur lagi.

Dan kemudian kuputuskan untuk melanjutkan niatanku kembali. Aku datang untuk memori.

Setiap jalanan yang kita lewati di kota ini. Setiap harum warung makan yang biasa kita singgahi. Aku terpaku.

Aku putuskan untuk membeli makanan dari tempat-tempat itu. Berharap ada perasaan yang sama. Berharap dapat merasakan sensasi yang serupa.

Bukan, bukan memori manis yang menghampiriku. Justru segerombol rasa getir menyeruak. Jantungku seperti terhimpit, sesak. Mataku perih, perih sekali. Bukan ini yang aku harapkan. Bukan, Tuhan.


●●●



Senja tiba. Aku berada di jalan besar sekitar bandara. Jalanan beratap langit biru mempesona. Tempat kita mengagumi perbukitan Wonosari. Tempat aku selalu meneriakkan, “lihaat..pesawatnya dekat sekali dari sini!”.

Kamu tahu? Rasa getir itu datang lagi.

Aku merindukanmu amat sangat. Semoga senja di tempatmu juga sama hangat. (Fira Basuki's words)


●●●


Hari ke dua. Aku bangun cukup pagi untuk menyelesaikan beberapa urusanku. Selepasnya, sudah aku putuskan tempat makan siang untuk hari ini.

Lokasi makan yang terpencil. Tempat makan favorit aku, kamu, dan teman-teman kita. Menemukan masakan Sunda di tanah Jawa seperti menemukan harta karun buatku. Menu sayur asem, ikan asin, dan sambal terasi yang hanya tersedia di hari Selasa dan Jumat bagai primadona di sini.

Aku coba makan dengan lahap. Aku coba makan tanpa mengingat. Seketika aku ingin mengubah tujuanku. Ini bukan perjalanan memori. Ini perjalanan biasa saja. Aku tidak ingin rasa getir menyesakkan itu datang lagi.

Kemudian hujan turun deras sekali menjelang magrib. Aku dalam perjalanan menuju sebuah toko buku. Bajuku basah, badanku dingin. Tapi aku tahu, dingin ini belum seberapa dibanding kekosongan di pikiranku.


●●●


Hari ke tiga. Aku memutuskan untuk meyudahi perjalanan ini.

Aku mulai mengingat kembali semuanya. Aku kira aku rindu pada ini semua. Aku kira aku bisa merasakan hal yang sama.

Aku rindu. Aku rindu kamu menunggu di depan pagar. Aku rindu kamu memakaikan mantel di kala hujan. Aku rindu kamu memakaikan pelindung kepala ketika tanganku penuh memegang barang. Aku rindu kamu menggenggam jariku dengan satu tangan. Aku rindu hari Sabtu yang selalu kita nantikan.

Aku menarik nafas panjang. Seketika aku merasa perjalanan ini tidak berguna. Jogjakarta memang sangat berarti, tapi ternyata kamu lah yang member arti.

Lampu-lampu jalan masih sama indahnya. Kosongnya jalanan juga masih sama damainya.

Biar memori tetap jadi memori. Percuma aku mencari-cari, toh faktanya tidak ada satupun perasaan yang aku dapatkan dengan serupa.

Selamat tinggal, Jogjakarta. Terima kasih telah menjadi tempat kami menyulam memori terbaik dalam hidup, sampai hari ini.





Yogyakarta, 4 Maret 2012.

Tuesday, January 31, 2012

Untuk @saesaalindra

This is for who I called, bestfriend.

Sudah lama, lama sekali. Waktu pertama kali saya bertemu dengan dia. Kami masih amat sangat belia, saking belianya bias dibilang masih jaman kuncir kuda. Muka masih lusuh, badan masih amat sangat kurus, dan kerjaan masih lari-lari teriak-teriak saja.

Sudah lama sekali, waktu kami pertama kali bertegur sapa. Kira-kira tingkat empat, empat SD tapi, haha. Saya anak baru, dia anak lama. Saya anak pemalu, dan dia anak yang sering tertawa. 

Sudah lama sekali, waktu kami duduk bersama. Waktu itu tingkat satu, Sekolah Menengah Pertama. Kita berjuang masuk di SMP favorit yang sama, kelas yang sama, dan memutuskan untuk duduk bersama. Dia anak yang rajin dan cerdas, itu yang ada di pikiran saya waktu itu. Beda sama saya, saya itu rajinnya mepet, tapi sama-sama cerdas, hahaha. Jemputan yang sama, arah rumah yang sama.

Sudah lama sekali, waktu kita sama-sama mengenal cinta pertama. Semua ditumpah-ruahkan pada buku yang sama. Pagi siang sore malam, tak pernah bosan kami bercerita. Teman, pelajaran, perasaan, semua saling dibagi rata tanpa sisa. Pulang pergi naik angkutan kota pada tingkat dua. Punya teman-teman yang sama, dan amat sangat berharga. Membentuk sebuah kelompok teman seperti anak-anak abege pada umumnya. Ada 10 orang, di mana kami berdua termasuk di dalamnya. Sepuluh orang yang sangat istimewa. Gonzed namanya.

Dan memang sudah lama, ketika kami mulai tumbuh menjadi remaja. Masuk kembali ke Sekolah Menegah Atas  favorit yang sama. Sayangnya kita tidak pernah berkesempatan satu ruang. Perjalanan mencari jati diri masih dilakukan bersama. Walaupun pernah diselingi salah paham, tapi hati kami tetap tidak bisa saling berjauhan. Tetap meminta sebuah kebersamaan. Berapapun bertambahnya teman-teman kami yang lain, dia tetap ada di lingkaran yang paling dalam. Siapapun orang-orang yang pernah singgah di hatinya, aku tahu, dan hapal urutannya :D

Kami berbeda. Dia periang, saya pendiam. Dia lebih suka berbicara, saya lebih suka mendengar. Dia lebih suka mengkritisi, saya lebih sering tidak acuh. Dia bisa pergi-pergi sendiri, saya harus ditemani. Dia rajin belajar, saya rajin menggambar, haha. Dia ikut cheerleading, saya anti cheerleading. Dia pandai ber make-up, saya pintar cuci muka. Dia punya baju warna-warni, baju saya hitam-putih-abu. Dia tidak bisa mengendarai  motor, saya bisa mengendarai motor. Dia bisa mengendarai mobil, saya tidak bisa mengendarai mobil, hahaha. Itulah kami, saling melengkapi.

Hari ini, 31 Januari 2012. Tidak butuh waktu yang lama untuk mengenang semuanya, setelah 13 tahun kita berbagi segalanya. Selamat ulang tahun, Fauziah Saesaria Alindra. Maaf aku selalu tidak bisa hadir di setiap hari pergantian usiamu selama beberapa tahun terakhir. Doaku selalu untukmu, untuk cinta dan cita-citamu. I love you, @saesaalindra. Very much. 














Jogjakarta, 31 Januari 2012
Dini hari, sembari main the sims social :D

Thursday, January 19, 2012

absurdity. aku ke kanan, kamu ke kiri.

Percakapan pada pesan melalui telepon seluler pada Rabu malam.

b: neng, lg apa?

s: lagi ngawang. aku gatau ada di mana. aku lepas, aku meretas.
.
b: woy, jangan kebanyakan bengong. entar kalo lepas beneran gimana.

s:  pada siapa aku meminta, jika dunia semakin merenta. peluk cium yang kau berikan, mengapa semua terbatas angan. aku tenggelam, dalam karam.

b: wogh, apaan dah kamu ini. udah deh sini ke jogja aja.

s: kepala lelah tengadah, sandaranku hilang dalam jarak. menjejak tanah, menepi pada setiap sepi-sepi.

b: mau kamu ngarang kaya apa juga aku ga ngerti.

s: mengapa kamu diam, sayang. Diam pada kata, diam pada pelita, diam dalam kesederhanaan rasa kita. Raih aku, dengan sejumput rindu tanpa benalu.

b: sadar, sayang. sabar, sayang.

s: sadarkan aku, dari asa melaju tinggi sempurna. sabarkan aku, dari jengkalan tangan tanpa hingga.

 b: ----------- (gada balesan lagi. gakuat kayanya) haha.



18 Jan'12
ketika rindu datang memburu (cih.)